Mendekatlah ke Surga dengan Amalan Ini

Berbaktilah kepada kedua orang tua. Itulah amalan yang paling utama dan mendekatkan pelakunya kepada surga yang penuh kenikmatan. Sebaliknya, siapa yang durhaka; baginya siksa dunia sebelum azab neraka yang menyala apinya. Berikut ini keistimewaan yang berhak didapatkan jika kita berbakti kepada keduanya.

Amal yang Paling Utama

Dari Abu Abdirrahman Abdulah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang amal-amal paling utama dan dicintai Allah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Pertama, shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya). Kedua, berbakti kepada dua orang tua. Ketiga, jihad di jalan Allah.” (Hr. Bukhari I/134, Muslim No. 85, Fathul Baari 2/9)

Dalam berbuat kebajikan, dahulukanlah amal-amal yang paling utama. Di antaranya adalah birrul walidain (berbakti kepada orang tua). Dengan memuliakan orang tua, kita akan mendapat kebaikan yang tak terhingga. Karena doa orang tua kepada anaknya yang saleh akan selalu didengar oleh Allah Ta’ala. Maka, kesempatan yang baik dan tepat jika kedua orang tua kita masih hidup untuk meraup pahala yang banyak dengan berbakti kepadanya.

Ridha Allah Tergantung Ridha Orang Tua

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Ibnu Hibban, Hakim dan Imam Tirmidzi dari ‘Abdillah bin ‘Amr, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Ridha Allah tergantung kepada keridhaan orang tua, dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.” (Hr. Bukhari dalam Adabul Mufrad [2], Ibnu Hibban [2026-Mawarid], Tirmidzi [1900], Hakim [4/151-152])

Orang tua wajib dimuliakan oleh anak-anaknya. Bentuk keridhaan pun bermacam-macam. Jika seorang murid mendapat keridhaan orang tua, maka dia akan diberi kemudahan oleh Allah Ta’ala dalam menuntut ilmu; seseorang yang akan menikah dan sudah memiliki calon pasangan, maka akan diberi kemudahan dalam menjalani kehidupan rumah tangga, dan lain sebagainya.

Dapat Menghilangkan Kesulitan

Dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Pada suatu hari, tiga orang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki gunung. Ketika mereka ada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi pintu gua. Sebagian mereka berkata kepada yang lain, ‘Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan.’ Kemudian mereka memohon kepada Allah dan bertawasul melalui amal tersebut dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan yang mereka alami. Salah satu di antara mereka berkata, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia, sedangkan aku mempunyai istri dan anak-anak yang masih kecil. Aku menggembala kambing. Setiap pulang, aku selalu memerah susu dan memberikan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari, aku harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang sudah larut dan aku dapati kedua orang tuaku sudah tertidur. Lalu, aku tetap memerah susu sebagaimana biasanya. Susu tersebut tetap aku pegang, lalu aku mendatangi keduanya. Namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikannya kepada siapa pun sebelum susu itu kuberikan kepada kedua orang tuaku. Aku pun menunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku memberikannya kepada keduanya. Setelah keduanya minum, barulah kuberikan kepada anak-anakku.’ Ucap laki-laki itu setelah menyampaikan kisahnya, ‘Ya Allah, seandainya perbuatan ini termasuk amal saleh karena Engkau, maka bukakanlah.’ Maka batu yang menutup pintu gua itu pun bergeser.” (Hr. Bukhari, [Fathul Baari 4/449 no. 2272], Muslim, [2473] Bab Qishshash Ashhabil Ghaar ats-Tsalatsah Wa at-Tawasul bi Shalihil A’mal).

Riwayat ini menunjukan bahwa berbakti kepada orang tua yang pernah kita lakukan dapat digunakan untuk bertawasul kepada Allah Ta’ala ketika kita mengalami kesulitan. Insya Allah, kesulitan tersebut akan hilang. Berbagai kesulitan yang dialami seseorang saat ini, di antaranya karena perbuatan durhaka kepada kedua orang tua. Kalau kita mengetahui, bagaimana susah payahnya kedua orang tua, maka perbuatan ‘Si Anak’ yang begadang untuk memerah susu tersebut belum sebanding dengan jasa orang tuanya ketika mengurusnya sewaktu kecil.

Diluaskan Rezeki dan Dipanjangkan Umur

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang suka diluaskan rezeki dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahim.” (Hr. Bukhari, 7/7, Muslim 2557, Abu Dawud 1693)

Yang harus didahulukan adalah silaturahim kepada orang tua sebelum kepada yang lain. Banyak di antara saudara-saudara kita yang sering ziarah kepada teman-temannya, tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang, bahkan tidak pernah. Padahal, ketika masih kecil, dia selalu bersama orang tuanya. Sesulit apa pun harus tetap diusahakan untuk berkunjung kepada kedua orang tua. Karena dengan dekat kepada keduanya, insya Allah akan dimudahkan rezeki dan dipanjangkan umurnya.

Dimasukkan ke Surga


Dosa-dosa yang Allah segerakan azabnya di dunia, di antaranya adalah berbuat zalim dan durhaka kepada orang tua. Dengan demikian, jika seorang anak berbuat baik kepada kedua orang tuanya, Allah akan menghindarkannya dari berbagai mala petaka, dengan izin Allah Ta’ala. 
0
KASIH SAYANG NABI MUHAMMAD KEPADA UMATNYA

Khutbah Pertama:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الكَرِيْمِ المَنَّانِ؛ أَحْمَدُهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَلَى نِعَمِهِ العَظِيْمَةِ وَعَطَايَاهُ الجَسَامِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ المُلْكُ العَلَامُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ أَفْضَلُ مَنْ صَلَّى وَصَامَ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الكِرَامِ.
أَمَّا بَعْدُ :
أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ: اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى، وَرَاقِبُوْهُ جَلَّ شَأْنُهُ مُرَاقَبَةً مَنْ يَعْلَمُ أَنَّ رَبَّهُ يَسْمَعُهُ وَيَرَاهُ.

Ibadallah,

Nabi kita Muhammad adalah manusia sebagaimana kita manusia. Dalam arti, beliau memiliki dorongan manusiawi sebagaimana sifat manusia. Beliau merasakan keinginan untuk tidur, makan, minum, menyukai wanita. Beliau juga merasakan lelah dan lupa, dll. dari sifat-sifat manusia lainnya. Allah mengutus beliau sebagai sebagai rahmat untuk sekalian alam. Allah berfirman,

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS:At-Taubah | Ayat: 128).

Allah menyempurnakan agama ini melalui beliau . Sebagaimana firman-Nya,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS:Al-Maidah | Ayat: 3).

Allah mengutus Rasulullah untuk menghilangkan kebingungan di tengah manusia. Menunjuki orang-orang yang tersesat. Mempersatukan mereka. Dan menyelamatkan mereka dari neraka. Allah berfirman,

وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ}

“dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS:Ali Imran | Ayat: 103).

Kemudian Rasulullah meninggalkan kita dalam keadaan jelas dan terang benderang. Hingga malamnya seperti siang. Karena itu, orang yang menyimpang dari petunjuk yang jelas itu pasti binasa. Beliau memberikan jalan keselamatan agar kita terhindar dari siksa neraka. Nabi bersabda,

«إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُ النَّاسِ كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ جَعَلَ الْفَرَاشُ وَهٰذِهِ الدَّوَابُّ الَّتِي تَقَعُ فِي النَّارِ يَقَعْنَ فِيهَا فَجَعَلَ يَنْزِعُهُنَّ وَيَغْلِبْنَهُ فَيَقْتَحِمْنَ فِيهَا فَأَنَا آخُذُ بِحُجَزِكُمْ عَنْ النَّارِ وَهُمْ يَقْتَحِمُونَ فِيهَا».

“Perumpamaan diriku dan manusia yang aku dakwahi adalah bagaikan seseorang yang menyalakan api (lampu). Di kala api itu menyinari sekelilingnya, menjadikan serangga-serangga dan hewan menuju api itu, kemudian orang tersebut menarik serangga-serangga, tetapi mereka menuju kepadanya dan terjerumus dalam api. Maka akulah yang menarik ikat pinggang kalian dari api, ketika mereka terjerumus di dalamnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Muhammad selalu memberi nasihat kepada kita umatnya. Hingga di saat-saat akhir kehidupan beliau. Dari Ummu Salamah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Wasiat Rasulullah sebelum wafatnya adalah:

الصَّلاَةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ

“(Perhatikanlah) shalat dan budak-budak yang kalian miliki.”

أَنَّ عَائِشَةَ وَعَبْدَ اللهِ بْنَ عَبَّاسٍ قَالاَ لَمَّا نُزِلَ بِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَفِقَ يَطْرَحُ خَمِيْصَةً لَهُ عَلَى وَجْهِهِ فَإِذَا اغْتَمَّ بِهَا كَشَفَهَا عَنْ وَجْهِهِ فَقَالَ وَهُوَ كَذَلِكَ : لَعْنَةُ اللهِ عَلَى الْيَهُوْدِ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوْا قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ يُحَذِّرُ مَا صَنَعُوْا

Aisyah dan Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, “Tatkala ajal hampir menjemput Nabi , beliau menutupkan sebuah kain (yang terbuat dari bulu domba-pen) di atas wajah beliau (karena demam yang beliau rasakan-pen). Jika beliau merasa sesak, maka beliau pun membuka kain tersebut dari wajahnya. –Dalam kondisi demikian- Beliau bersabda, “Laknat Allah kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid-masjid”, Nabi memperingatkan umatnya dari perbuatan Yahudi dan Nasrani.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Inilah Nabi kita, Muhammad . Beliau senantiasa memberikan nasihat kepada kita. Beliau selalu menyayangi kita dalam keadaan apapun. Walaupun beliau sedang ditimpa kesulitan. Maka ikutilah beliau dan janganlah membuat suatu ajaran yang baru. Bershalawatlah kepadanya dalam setiap keadaan. Mohon kepada Allah agar diwafatkan di atas sunnah beliau .

أَقُوْلُ هَذَا القَوْلَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ .

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ،

أَمَّا بَعْدُ :

Ibadallah,

Sesungguhnya Muhammad sangat lemah lembut dan penyayang. Bahkan di saat kita umatnya nanti dikumpulkan di padang mahsyar. Dalam sebuah hadits yang panjang. Tentang syafaat Nabi –yang dikenal dengan syafa’at al-‘uzhma- sangat tampak sekali kasih sayang Nabi kepada umatnya, bahkan umat manusia secara umum. Padahal hari itu adalah hari yang berat. Hari dimana setiap nabi dan rasul pun hanya mampu memikirkan keadaan mereka di akhirat. Saking beratnya hari itu.

Kisah ini terjadi ketika berkumpulnya manusia di padang masyhar. Dari Abu Hurairah, beliau berkata bahwa pada suatu hari Nabi disodorkan daging, lalu ditawarkan kepadanya sebesar satu hasta (dari daging tersebut). Kemudian beliau menyantapnya dengan sekali gigitan, lalu beliau bersabda,

أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَهَلْ تَدْرُونَ بِمَ ذَاكَ يَجْمَعُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الأَوَّلِينَ وَالآخِرِينَ فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَيُسْمِعُهُمُ الدَّاعِى وَيَنْفُذُهُمُ الْبَصَرُ وَتَدْنُو الشَّمْسُ فَيَبْلُغُ النَّاسَ مِنَ الْغَمِّ وَالْكَرْبِ مَا لاَ يُطِيقُونَ وَمَا لاَ يَحْتَمِلُونَ فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ أَلاَ تَرَوْنَ مَا أَنْتُمْ فِيهِ أَلاَ تَرَوْنَ مَا قَدْ بَلَغَكُمْ أَلاَ تَنْظُرُونَ مَنْ يَشْفَعُ لَكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ ائْتُوا آدَمَ.

“Aku adalah sayyid (pemimpin) manusia pada hari kiamat nanti. Apakah kalian tahu mengapa bisa demikian? Allah mengumpulkan seluruh makhluk pada hari kiamat di satu tempat yang luas. Pada saat itu memanggil orang yang jauh dan yang dekat sama saja. Demikian pula, melihat yang jauh sama dengan melihat suatu yang dekat. Matahari (pada saat itu) didekatkan.

Akhirnya, manusia pada saat itu berada dalam kesusahan dan kesedihan. Mereka tidak kuasa menahan dan memikul beban pada saat itu. Lalu ada sebagian orang mengatakan kepada yang lainnya, “Apakah kalian tidak melihat kesusahan yang menimpa kalian? Apakah kalian tidak melihat apa yang kalian alami? Apakah kalian tidak melihat ada orang yang akan memberi syafa’at untuk kalian kepada Rabb kalian?” Maka sebagian orang berkata kepada yang lainnya supaya mendatangi Nabi Adam ‘alaihis salam.

فَيَأْتُونَ آدَمَ فَيَقُولُونَ يَا آدَمُ أَنْتَ أَبُو الْبَشَرِ خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ وَأَمَرَ الْمَلاَئِكَةَ فَسَجَدُوا لَكَ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ آدَمُ إِنَّ رَبِّى غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنَّهُ نَهَانِى عَنِ الشَّجَرَةِ فَعَصَيْتُهُ نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِى اذْهَبُوا إِلَى نُوحٍ

Kemudian mereka mendatangi (Nabi) Adam. Lalu mereka mengatakan, “Wahai Adam engkau adalah bapak seluruh manusia. Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya. Dia meniupkan ciptaan ruh-Nya pada dirimu. Dan Dia memerintahkan malaikat untuk sujud kepadamu. Berilah syafaat untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Adam mengatakan, “Sesungguhnya hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. Dia telah melarangku untuk mendekati sebuah pohon, namun diriku melanggarnya. Pergilah kalian kepada selain aku! Pergilah kalian kepada Nuh ‘alaihis salam!”

فَيَأْتُونَ نُوحًا فَيَقُولُونَ يَا نُوحُ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى الأَرْضِ وَسَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ لَهُمْ إِنَّ رَبِّى قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنَّهُ قَدْ كَانَتْ لِى دَعْوَةٌ دَعَوْتُ بِهَا عَلَى قَوْمِى نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى إِبْرَاهِيمَ

Lalu mereka mendatangi Nuh. Kemudian mereka mengatakan, “Wahai Nuh, engkau adalah rasul pertama yang diutus ke bumi. Allah menyebutmu sebagai hamba yang bersyukur. Berilah syafaat untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Nuh mengatakan kepada mereka, “Sesungguhnya pada hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. Doa yang kumiliki telah kugunakan untuk mendoakan kejelekan bagi kaumku. Pergilah kalian kepada Ibrahim!”

فَيَأْتُونَ إِبْرَاهِيمَ فَيَقُولُونَ أَنْتَ نَبِىُّ اللَّهِ وَخَلِيلُهُ مِنْ أَهْلِ الأَرْضِ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ لَهُمْ إِبْرَاهِيمُ إِنَّ رَبِّى قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلاَ يَغْضَبُ بَعْدَهُ مِثْلَهُ. وَذَكَرَ كَذَبَاتِهِ نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِى اذْهَبُوا إِلَى مُوسَى.

Lalu mereka mendatangi Ibrahim ‘alaihis salam. Kemudian mereka berkata, “Engkau adalah Nabi Allah dan kekasih-Nya (khalilullah) dari penduduk bumi. Berilah syafaat untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Ibrahim berkata kepada mereka, “Sesungguhnya pada hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya.” Lalu beliau menceritakan beberapa kebohongan yang pernah beliau lakukan. Pergilah kalian kepada selainku! Pergilah kalian kepada Musa!”

فَيَأْتُونَ مُوسَى فَيَقُولُونَ يَا مُوسَى أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ فَضَّلَكَ اللَّهُ بِرِسَالاَتِهِ وَبِتَكْلِيمِهِ عَلَى النَّاسِ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ لَهُمْ مُوسَى -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ رَبِّى قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنِّى قَتَلْتُ نَفْسًا لَمْ أُومَرْ بِقَتْلِهَا نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى عِيسَى

Lalu mereka mendatangi Musa ‘alaihis salam. Kemudian mereka berkata, “Engkau adalah utusan Allah yang Allah memuliakanmu lebih dari manusia lainnya dengan risalah-Nya dan Dia berbicara langsung padamu. Berilah syafaat untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Musa berkata kepada mereka, “Sesungguhnya pada hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. Aku sendiri pernah membunuh seseorang, padahal aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Pergilah kalian kepada Isa!”

فَيَأْتُونَ عِيسَى فَيَقُولُونَ يَا عِيسَى أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلَّمْتَ النَّاسَ فِى الْمَهْدِ وَكَلِمَةٌ مِنْهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَاشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ لَهُمْ عِيسَى إِنَّ رَبِّى قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ – وَلَمْ يَذْكُرْ لَهُ ذَنْبًا – نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِى اذْهَبُوا إِلَى مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم-

Lalu mereka mendatangi Isa ‘alaihis salam. Kemudian mereka berkata, “Engkau adalah utusan Allah dan engkau berbicara kepada manusia ketika bayi. Engkau adalah kalimat dari-Nya yang diberikan kepada Maryam dan ruh yang berasal dari-Nya. Berilah syafaat untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Isa berkata kepada mereka, “Sesungguhnya pada hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. –Lalu beliau tidak menyebutkan adanya dosa yang pernah beliau perbuat-. Pergilah kalian kepada selain aku. Pergilah kalian kepada Muhammad !”

فَيَأْتُونِّى فَيَقُولُونَ يَا مُحَمَّدُ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ وَخَاتَمُ الأَنْبِيَاءِ وَغَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَأَنْطَلِقُ فَآتِى تَحْتَ الْعَرْشِ فَأَقَعُ سَاجِدًا لِرَبِّى ثُمَّ يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَىَّ وَيُلْهِمُنِى مِنْ مَحَامِدِهِ وَحُسْنِ الثَّنَاءِ عَلَيْهِ شَيْئًا لَمْ يَفْتَحْهُ لأَحَدٍ قَبْلِى ثُمَّ يُقَالُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ سَلْ تُعْطَهْ اشْفَعْ تُشَفَّعْ. فَأَرْفَعُ رَأْسِى فَأَقُولُ يَا رَبِّ أُمَّتِى أُمَّتِى. فَيُقَالُ يَا مُحَمَّدُ أَدْخِلِ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِكَ مَنْ لاَ حِسَابَ عَلَيْهِ مِنَ الْبَابِ الأَيْمَنِ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ وَهُمْ شُرَكَاءُ النَّاسِ فِيمَا سِوَى ذَلِكَ مِنَ الأَبْوَابِ وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنَّ مَا بَيْنَ الْمِصْرَاعَيْنِ مِنْ مَصَارِيعِ الْجَنَّةِ لَكَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَهَجَرٍ أَوْ كَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَبُصْرَى

Lalu mereka mendatangiku. Kemudian mereka mengatakan, “Engkau adalah utusan Allah, penutup para Nabi, Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan akan datang. Berilah syafaat untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah tertimpa pada kami?”

Kemudian aku (Rasulullah ) pergi menuju bawah Arsy. Lalu aku bersujud kepada Rabbku. Kemudian Allah memberi ilham padaku berbagai pujian dan sanjungan untuk-Nya yang belum pernah Allah beritahukan kepada seorang pun sebelumku. Kemudian ada yang mengatakan, ‘Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah pasti engkau akan diberi, berilah syafaat pasti akan dikabulkan’. Lalu aku mengangkat kepalaku. Kemudian aku berkata, ‘Wahai Rabbku, umatku, umatku.’ Maka dikatakan, ‘Wahai Muhammad, suruhlah umatmu yang tidak dihisab untuk masuk ke surga melalui salah satu pintu surga di sisi kanan sedangkan pintu-pintu yang lain adalah pintu surga bagi semua orang. Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya. Sesungguhnya di antara dua daun pintu di surga, bagaikan jarak Mekah dengan Hajar atau bagaikan jarak Mekah dengan Bashroh.” (HR. Muslim no. 501).

Ibadallah,

Inilah bentuk kasih sayang Nabi Muhammad kepada kita umatnya. Lalu bagaimanakah penghormatan kita kepada beliau ? Sudahkah kita mengagungkan beliau sesuai dengan kedudukan beliau? Tidak meremehkan dan juga tidak berlebih-lebihan. Sudahkan kita mengangungkan sabda beliau, baik yang mudah atau yang terasa berat bagi hawa nafsu kita? Sudahkah kita menjadikan petunjuk beliau di atas segalanya?

Mudah-mudahan Allah memberi taufik kepada kita untuk menjadi umat Nabi Muhammad yang mengikuti perintahnya dan menjauhi larangannya. Mudah-mudahan Allah mengumpulkan kita bersama beliau di akhirat kelak di dalam surga-Nya. Karena beliau lah kekasih kita, teladan kita, dan penyejuk hati kita. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada beliau dan keluarganya.

وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا -رَعَاكُمُ اللهُ- عَلَى مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ﴾ [الأحزاب:٥٦] ، وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا)) .

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ؛ أَبِيْ بَكْرٍ الصِدِّيْقِ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ، وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِيْ الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ .

اَللَّهُمَّ أَعِنَّا وَلَا تُعِنْ عَلَيْنَا، وَانْصُرْنَا وَلَا تَنْصُرْ عَلَيْنَا، وَامْكُرْ لَنَا وَلَا تُمْكِرْ عَلَيْنَا، وَاهْدِنَا وَيَسِّرْ الهُدَى لَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيْنَا، اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا لَكَ شَاكِرِيْنَ لَكَ ذَاكِرِيْنَ إِلَيْكَ أَوَّاهِيْنَ مُنِيْبِيْنَ لَكَ مُخْبِتِيْنَ لَكَ مُطِيْعِيْنَ. اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ تَوْبَتَنَا وَاغْسِلْ حَوْبَتَنَا وَثَبِّتْ حُجَّتَنَا وَاهْدِ قُلُوْبَنَا وَسَدِّدْ أَلْسِنَتَنَا وَاسْلُلْ سَخِيْمَةَ صُدُوْرِنَا. اَللَّهُمَّ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ وَأَخْرِجْنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَأَمْوَالِنَا وَأَوْقَاتِنَا وَاجْعَلْنَا مُبَارَكِيْنَ أَيْنَمَا كُنَّا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ.


وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ وَأَنْعَمَ عَلَى عَبْدِهِ وَرَسُوْلِهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
0
MENAJAMKAN SYUKUR, MENGURANGI KUFUR


Jamaah Jumat yang berbahagia.

Pada siang yang berbahagia ini, mari, terlebih dahulu menghaturkan rasa syukur kehadirat Allah Swt. Kita syukuri segala hal maupun segala keadaan yang saat ini menyelimuti jiwa raga. Apapun keadaannya, bagaimanapun kenyataannya, ia adalah hal terbaik yang dianugerahkan Allah pada diri kita. Kita harus pandai mensyukurinya. Masih banyak saudara di luar sana yang jauh kurang beruntung. Ditimpakan keadaan ataupun cobaan yang jauh lebih berat, yang seandainya cobaan tersebut ditimpakan pada kita, mungkin jadi, tak kuasa menjalaninya. Sehingga tidak bisa merasakan kebahagiaan sebagaimana kita rasakan sekarang.
Demikian pula keadaan sekarang yang relatif pas-pasan, atau bahkan mungkin kurang dibanding mereka yang mendapat kebahagiaan dan rezeki melimpah, kita pun harus pandai mensyukurinya. Sebab, belum tentu kebahagian dan rezeki yang melimpah itu mengantar penerimanya pandai bersyukur. Terkadang malah hanyut di dalamnya. Hanyut dalam kebahagiaan dan kesenangannya. Kemudian lupa bersyukurnya.
Shoalawat dan salam mari senantiasa kita haturkan kepada insan mulia baginda Muhammad Saw, kepada Keluarga,sahabat, dan kita semua selaku ummatnya, semoga kita kelak layak berada bersamanya di tempat yang mulia. Amiin.

Oleh karena itu, Jamaah Jumat yang berbahagia
Sekali lagi, mari kita jadikan syukur menjadi suatu hal yang sangat wajib untuk dihayati, direnungkan, dan dipraktekkan dalam segala keadaan maupun aktfitas. Cukup tidak cukup, penak tidak penak, sedang bahagia ataupun tidak, kesemuanya disyukuri secara mendalam. Mengiringi ajegnya nafas yang keluar masuk dalam dada, yang tanpa kita harap pun diberi dengan sangat murah, tak terhingga nilainya.
Bilamana sebaliknya, rasa syukur itu tidak mendapat perhatian yang seksama, terlindih oleh berbagai macam keadaan maupun aktifitas, tentu akan dengan mudah terjebak dalam kekufuran. Sebagaimana ketentuan-Nya, wa lain kafartum inna 'adzabi lasyadid. Adzab Allah itu sungguh sangat pedih bagi mereka yang mengkufuri segala nikmat-Nya, baik nikmat yang menyenangkan-membahagiakan, maupun nikmat yang berupa menyusahkan-menyengsarakan. Yang tentunya, kita semua harus menghindar dengan sekuat-kuatnya usaha.

Jamaah Jumat yang berbahagia
Menajamkan syukur dan mengurangi jeratan kufur jelas bukan perkara mudah. Sebab, dada kita terlanjur mudah terisi butiran-butiran kufur. Tanpa disadari telah terbiasa dilakoni. Buktinya, masih mudahnya hati gonjang ganjing terbawa suasana. Senang susah kecewa nglokro lemah semangat dan seterusnya dan sebagainya. Apalagi, sedikitnya ada 3 ketentuan yang mengindikasikan bahwa anak cucu Adam ini sulit terlepas dari cengkeraman kufur. Pertama, firman-Nya dalam QS. Al-Ahzaab[33]: 72 innahu kaana zaluman jahuula. Sesungguh-nya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.

Kedua, firman-Nya dalam QS. Al-Ma'aarij[70]: 19
Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
Ketiga, sabda Nabi SAW al insaanu mahalul khatha’ wa nisyan. Sesungguhnya manusia itu tempatnya salah dan lupa.

Jamaah Jumat rahimakumullah.
Ketiga ketentuan tersebut, bila dicermati secara mendalam, seolah memupus harapan agar terbebas dari jeratan kufur. Bisa dibayangkan, ketika masih berada di alam dzar atau alam arwah, jiwa raga yang masih belum terbentuk, apalagi akal pikiran, telah divonis zaluman jahula. Setelah terlahir di dunia, sifatnya yang selalu keluh kesah, selalu kurang, lagi kikir. Dilengkapi pula dengan tempatnya salah dan lupa. Seolah melengkapi, dan menyempurnakan watak zaluman jahulanya.
Namun demikian, manusia tetaplah manusia yang tidak bisa apa-apa dan tidak ada apa-apanya, tetap diperintah untuk berikhtiyar dan bertawakkal. Perkara hasil atau tidaknya urusan Yang Maha Kuasa. Adapun usaha untuk menajamkan syukur dan mengurangi jeratan kufur adalah:
Pertama, memahami dengan baik makna ungkapan  “man ‘arofa nafsahu faqod ‘arofa Rabbahu, wa man ‘arofa Rabbahu faqod jahula nafsahu”. barang siapa mengenali jati dirinya sendiri tentu akan mengenali Jati Diri Tuhannya, dan barang siapa mengenali Jati Diri Tuhannya tentu akan mengetahui “bodoh”-nya diri. Sehingga silogismenya, barang siapa mengenali dirinya sendiri, tentu akan mengenali bodohnya diri.
Konkritnya, pengenalan terhadap jati diri manusianya sendiri, bisa dilakukan bila mengenal dengan benar Jati Diri Tuhan. Sedang pengenalan akan Jiti Diri Tuhan, hanya dapat dilakukan bilamana ditanyakan (atau tepatnya digurukan) langsung pada yang diutus Tuhan mengenalkannya. Sebab, hanya sang utusan inilah yang mengajarkan secara langsung ajaran suci-Nya. Yang ditugasi memperkenalkan Jati Diri Al-Ghayb Tuhan pada hamba yang telah menjadi kehendak-Nya. Kemudian setelah mengenal Jati Diri Tuhannya, selanjutnya memproses diri sebagaimana petunjuk tuntunan arahan yang telah mengenalkan ilmunya. Kemudian hanya melalui ampunan dan hidayah Tuhan semata, yang akan mengangkat pengertian dan pemahaman hamba, menyadari seyakin-yakinnya bahwa hamba ini ternyata memang bodoh. Tidak bisa apa-apa dan tidak ada apa-apanya. Zaluman jahula.

Jamaah Jumat yang berbahagia,
Langkah kedua, mencermati dan berusaha melaksanakan fatwa Imam Ali:
تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ تُعْرِفُوا بِهِ, وَاعْمَلُوابِهِ تَكُونُوامِنْ اَهْلِهِ
Pelajarilah ilmu, niscaya kalian akan dikenal dengannya, dan amalkanlah ilmu yang kalian pelajari itu, niscaya kalian akan termasuk ahlinya.
Konkritnya, di dalam mendapatkan kebisaan atau kepahaman atas suatu perkara, apalagi menjadi ahli didalamnya, satu-satunya syarat adalah harus mempelajari ilmunya. Ilmu yang membahas, mengatur, dan mengupas tuntas perihal perkaranya. Dengan cara, ditanyakan langsung pada sang ahli perihal ilmu bidangnya.
Fatwa ini tidak membicarakan satu bidang ilmu tertentu, melainkan semua ilmu yang memungkinkan untuk dipelajari. Kuasa menjalaninya. Termasuk didalamnya, ilmu khos tentang pengenalan Jati Diri Tuhan, yang mampu mengantar pelakunya wa’bud rabbaka hatta ya’tiyakal yaqin, dan mengurangi diri dari jeratan kufur.

Ketiga, memahami dengan seksama rambu-rambu ilmu beserta pengamalannya, sebagaimana fatwa Imam Ali di muka :
اَلْعَامِلَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَالسَّائِرِعَلَى غَيْرِ طَرِيْقٍ, فَلاَ يَزِيْدُهُ بُعْدُهُ عَنِ الطَّرِيْقِ الْوَاضِحِ إِلاَّ بُعْدًا مِنْ حَاجَتِهِ. وَالْعَامِلٌ بِا الْعِلْمِ كَالسَّائِرِ عَلَى الطَّرِيْقِ الْوَاضِحِ. فَلْيَنْظُرْ نَاظِرٌ: أَسَائِرٌ هُوَ أَمْ رَاجِعٌ
Orang yang beramal tanpa ilmu, seperti orang yang berjalan bukan di jalan. Maka, hal demikian tidak menerangi jalannya kecuali semakin jauh dari kebutuhannya. Dan orang yang beramal dengan ilmu, seperti orang yang berjalan di atas jalan yang terang. Maka, hendaklah seseorang memperhatikan, apakah dia berjalan, ataukah malah kembali.

Keempat, perlu mengasah akal dengan rutin, serius, disertai dengan sabar, tawakkal. Sebagaimana fatwa Imam Ali yang lain: akal adalah naluri, sedangkan yang mengasuhnya adalah berbagai pengalaman. Akal adalah buah pikiran dan pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui. Akal adalah yang menghidupi ruh, sedang ruh adalah yang menghidupi badan. Pemberdayaannya perlu usaha serius yang rutin. Dibarengi dengan sikap sabar dan tawakkal. Sebab seserius bagaimanapun, dan serutin apapun suatu usaha, tanpa dibarengi sabar dan tawakkal, seolah muspro. Sebab hanya Tuhan sendiri yang pada akhirnya menurunkan dan mengabulkan serangkaian usaha yang dilakukan manusia.
Jamaah Jumat yang berbahagia
Sedikit uraian di atas kiranya mampu membuka dan mencerahkan hati pikiran. Mampu menambah keyakinan akan pentingnya makna belajar. Sehingga, pada gilirannya, mampu meningkatkan iman dan taqwa kita walau hanya seper seribu derajad di sisiNya.
Semoga, serangkaian ibadah kita di siang ini diterima sebagai sebuah lakon mendekat pada-Nya, menjadi sarana turunnya ampunan dan hidayah Ilahi. Serta mendapat limpahan berberan sawab dan berkah pangestu Rasulullah. Amin.

جَعَلَنَا اللهُ  وَاِيَّـاكُمْ مِنَ الْفَا ئِزِيْنَ الْاَمِنِيْنَ. وَاَدْخَلَنَـا وَاِيَّـاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَـادِهِ الصَّـالِحِـيْنَ. اَعُوْذُبِا اللهِ مِنَ الشَّيْطَانَ الرَّجِيْمِ. فَمَنْ تَابَ مِنْ بَعْدِ ظُلْمِهِ وَاَصْلَحَ فَاِنَّ اللهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ اِنَّ اللهَ غَفُورٌ رَحِيْمٌ.
 وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَاَرْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُا الرَّاحِمِيْنَ.

















Khutbah II

اَلْحَمْدُ لله الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خَلِفَةً لِمَنْ اَرَادَ اَنْ يَذَّكَّرَ اَوْاَرَادَ شُكُورًا. اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ, اَرْسَلَهُ اِلَى الْعَالَمِيْنَ بَشِيْرًاوَنَذِيْرًا,وَسِرَاجًامُنِيْرًا, اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ,
اَمَّابَعْدُ, اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ, اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَاعْتَصِمُوابِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَتَفَرَّقُواوَاذْكُرُو نِعْمَةَاللهِ عَلَيْكُمْ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَامُحَمَّدٍوَعَلَى اَلِهِ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ, وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤمِنِيْنَ وَالْمُؤمِنَاتِ اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ, اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْر. اَللَّهُمَّ انْصُرْ مِنْ نَصَرَالدِّيْنَ وَاخْذُلْ مِنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ, وَاَعْلَ كَلِمَتِكَ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ.
اَللَّهُمَّ يَامُقَلِّبَ الْقَلَوبِ ثَبِّتْ قُلُوبَنَاعَلَى دِينِكَ, اَللَّهُمَّ افْتَحْ قُلُوبَنَا كَفُتُوحِ الْعَارِفِيْنَ وَنَوِّ قُلُوبَنَا بِهِدَايَةِ الْيَقِيْنَ.
اَللّهُمَّ اَلِّفْ بَيْنَهُمْ كَمَا اَلَّفْتَ بَيْنَ اْلاَنْصَارِ وَالْمُهَا جِرِيْنَ  اِنَّمَااَمْرُ هُ اِذَا اَرَادَ شَيْأً اَنْ يَقُوْلَ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنَ  رَبِّ اشْرَحْلِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْلِيْ اَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِ يَفْقَهُ قَوْلِيْ.وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَاللهِ  اِنَّ اللهَ يَأمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغِى يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرَ..    


0
Previous PostPostingan Lama Beranda